Kamis, 10 September 2020

Sebuah Pelajaran Hari Ini: Moral Obligation

Menjadi seorang pembelajar yang diberi kesempatan menimba ilmu di perguruan tinggi adalah suatu hal yang istimewa. Terlepas dari segala opini tentang privilege, insan-insan akademis dari berbagai latar belakang kehidupan berkumpul di sini. Titik start yang berbeda, tujuan yang berbeda, dan pilihan-pilihan setiap manusia di dalamnya yang berbeda. Tetapi sejatinya, keberadaan kita bukankah untuk menjadi seorang pembelajar?

Jadi ingin nulis sedikit pembelajaran yang didapat beberapa hari kemarin, sekaligus buat reminder diri sendiri :D

Topik kuliah kemarin yaitu tentang peran seorang engineer dalam proses remediasi lahan pertambangan agar memenuhi baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan sendiri adalah parameter-parameter yang baku dan wajib dipenuhi, tertera dalam peraturan tertulis. Kemudian, Pak Aje bilang,

"Tidak hanya memenuhi kewajiban, tetapi ada moral obligation di sana."

Lalu diperjelas pula, bahwa yang dimaksud moral obligation itu tidak hanya sekadar memenuhi baku mutu, melainkan sebisa mungkin membuat pencemar yang dibuang ke lingkungan dan dampak buruk yang ditimbulkan bagi lingkungan menjadi sekecil mungkin.

Wow, ini sangat menarik karena relate dengan kehidupan kita sehari-hari. Kata-kata Pak Aje terngiang-ngiang di kepala sampe bikin refleksi diri sebanyak-banyaknya :D

Apakah amanah yang aku ambil sudah sesuai dengan yang aku terapkan sehari-hari?

Apakah pilihan yang aku pilih sudah mempertimbangkan kebaikan sekitar?

Apakah tindakan yang aku lakukan sudah bermanfaat untuk orang lain?

Dan masih banyak lagi heheheheheheheh
Terima kasih banyak, Pak Aje :D

Jumat, 17 Juli 2020

Era Normal Baru, Saatnya Millennials Gali Potensi Baru


Siapa yang menyangka, bumi akan dilanda kejadian luar biasa di awal tahun 2020? Ya, pandemi Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) telah mengubah tatanan hidup manusia dalam berbagai hal, baik ekonomi, politik, maupun sosial. Jika sebelumnya kita bisa dengan bebas bersekolah, kuliah, bekerja, berkumpul, nongkrong di kafe, kini harus bersosialisasi dan berkegiatan secara virtual.

Di tengah kebijakan era normal baru yang hendak diberlakukan, ruang gerak manusia masih terbatas dan tak boleh abai menerapkan protokol kesehatan. Optimalisasi teknologi digital gencar dilakukan guna mengurangi potensi penyebaran Covid-19, sehingga kita diharapkan tetap di rumah aja jika tidak ada kepentingan yang mengharuskan ke luar rumah. 

Situasi ini mungkin membuat kita tertekan dan merasa terasing. 

Tapi, sadarkah kalian jika banyak kegiatan positif yang bisa kita lakukan dengan meng-explore diri? 

Kebahagiaan dapat kita ciptakan sendiri sambil menikmati perubahan ini, lho!

Yuk, intip keseruan apa aja yang sekiranya menginspirasi untuk mengisi waktu luangmu agar tetap produktif!

Minggu, 12 Juli 2020

Perjalanan: Kita dan Waktu



Di hidup kita yang sekarang, hal apa saja yang baru kamu syukuri?


Suatu hari, aku berkunjung ke tempat belajarnya anak-anak penjual tisu di jalanan dan pemain gitar di lampu merah. Katanya, mengais rezeki dari pintu itu adalah kehendak orang tuanya. Pun tidak bersekolah di sekolah formal adalah bukan pilihannya. Bagi mereka, perut tak mengenal kompromi, mencari uang tak mengenal usia. Selama ada peluang, di situ kesempatan diambil.

Hari ini, aku melihat seorang anak yang mendapati keinginannya diamini oleh orang tuanya dengan mudah. Asalkan bermanfaat, lakukan. Tidak peduli berapa harga yang harus dibayar, harga sebuah percaya adalah satu-satunya yang tak dapat dibayar.

Saat ini, di umurku yang menginjak kepala dua, rasanya lucu mengingat diriku saat seusia mereka. Banyak angan-angan yang terwujudkan dan banyak yang cukup menjadi pembelajaran. Memang benar, kejadian-kejadian yang dialami dan pola asuh orang tua terhadap anak seusia mereka berpengaruh besar. Ada hal-hal yang pastinya bakal membekas sampai besar, entah kebaikan ataupun trauma. Tapi, toh pola pikir setiap orang juga tak mungkin sama. Ada banyak faktor dan proses yang berperan di sana.

Dalam perjalanan ini, kita berpacu terhadap waktu untuk berproses menjadi pribadi yang lebih baik dan mendapat kehidupan yang lebih layak. Dalam perjalanan ini pula, kita memiliki titik start yang berbeda-beda dan garis finish yang tentunya tak sama. Kita berpacu terhadap waktu masing-masing, untuk tumbuh, untuk jatuh, dan untuk menuai.


Jangan lupa beristirahat, berhenti sejenak mensyukuri pembelajaran yang telah didapat sampai saat ini :D

Kamis, 14 Mei 2020

Kalau Harus Menyelamatkan Hanya Satu Orang di Dunia, Siapa yang Akan Dipilih?

Ini jawabanku.



Beliau.

Kalau dunia adalah sekekal-kekalnya kehidupan, aku memilih selapang-lapangnya beliau hingga tak sampai ujung mata memandang.
Kalau dunia adalah sekekal-kekalnya kehidupan, aku memilih terus berada dalam sehangat-hangat dekapannya meski beliau terbaring lemah.
Kalau dunia adalah sekekal-kekalnya kehidupan, aku memilih untuk sekuat-kuat melindunginya di atas diriku sendiri.


Tetapi dunia adalah ketidakabadian yang seringkali dianggap seolah-olah kau akan hidup selamanya di sini.
Hal-hal di dunia silih datang dan pergi, rapuh dan pulih, hilang dan berganti.
Begitu pun dengan beliau dan juga aku, atau kita semua; dunia bukanlah sekekal-kekalnya kehidupan.


مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S. An-Nahl (16) : 96)


*psst, foto ini diambil diam-diam pada malam ke-21 Ramadhan 1441 H

Sabtu, 09 Mei 2020

Apakah Segala Tanya Ada Jawabnya?

Aku bertanya-tanya tapi tak lantas aku bisa mendapat jawaban, aku semakin bertanya-tanya tapi seberapa hebat kapasitas manusia?
Segala tanya pasti ada jawabnya, tapi tak segalanya baik ada jawabnya; sekarang? nanti?
Apakah waktu akan selalu menjawabnya?
Bagaimana kalau waktuku berhenti tepat sebelum tiba jawabnya?
Apakah sebuah jawaban akan selalu sama atau berubah selayaknya manusia?
Bukankah kehidupan itu memang dinamis?
Lantas untuk apa mengkhawatirkan tanya yang tak tentu jawabnya?
Tapi bukankah tetap hidup karena rasa percaya; akan keyakinan, akan kebahagiaan, akan masa depan, akan mimpi, akan harapan, akan.....

Apa arti sebuah percaya?

Thinking | Free Vectors, Stock Photos & PSD


edit :
nemu tulisan yang keren, suka kalimat penutupnya "Semua berpulang kepada kita masing-masing. Sabar, berbaik sangka atau mengumpat." https://qr.ae/pNyndC

Sabtu, 15 Februari 2020

Pesan dari Pohon

Satu-satu, daun berguguran turun melepas beban yang kian banyak ditanggung sang pohon. Kalau bukan karena layu, pasti daun itu jatuh tertiup angin. Atau yang lebih parah, daun itu dipetik seseorang lalu dijatuhkan! Gugur satu daun akibat keterpaksaan oleh keadaan. Ia ingin berontak tapi apa gunanya? Tentu tidak akan merubah keadaan, bukan?

Lantas, kita bertanya-tanya dimana letak perasaan ketika hanya seonggok daun yang gugur entah karena alasan apapun. Kita tak pernah tahu apakah induk pohon ingin berontak juga? Psst, aku akan menceritakan sebuah rahasia. Sang pohon bersedih karena kehilangin sebagian daunnya. Sangat bersedih. Namun, satu takdir musibahnya baru saja gugur, meninggalkan luka tetapi melepas beban juga. Ia sadar bahwa apa yang sudah gugur takkan mungkin kembali sehingga tak perlu larut dalam kesedihan. Hal yang perlu ia lakukan adalah menjaga daun-daun yang masih tinggal, merawatnya hingga tiba segala yang telah menjadi takdirnya.